Mari!
Mari menabur rindu seperti yang diajarkan para leluhur
lalu terhantuk dalam peluk yang ingin bertemu
beberapa kali pertemuan itu tertunda
oleh tangan-tangan waktu dan kesibukan yang melanda
ini kali, ada yang harus kita korbankan
tak mesti berkompromi dengan kalendar yang kau pajang di dinding kamarmu
temui aku
aku rindu separuh mati
padahal, nafasku terlebih dahulu kutitipkan menemuimu
pada malam! siang! pada setiap helas nafasmu memburu..
jakarta
sebelum naik panggung untuk lomba Solois Religi di Artha Gading - Jakarta
Foto yang ini gak ada matinya deh.. di ambil jam 2 pagi sebelum makan sahur..
makan sahur bersama.. kangen!
pernikahan ams furqon..
GP Tendangan Dari Langit.. Film Bagus!
selesai mengikuti pengajian Ustdz. Yusuf Mansur langsung jalan jalan sore di monas sambil nunggu berbuka puasa.
keluarga ketika narsis bertasbih.
minal aidin walfaidzin..
Baksos!
cowo cowo ganteng... katanya!
21 oktober 2011.
Kamis, 20 Oktober 2011
Me & Fattan Voice
foto foto dulu yuk! ciiiiiisss... cakep!
ekspresinya lebay! banget!
sok imut!
nyanyian ini untukmu, kawan!
Jauh Menjauh
Di beberapa tubuh singgah. Hidup itu hidup. Hidup tak di kata!
Pagi tadi, seperti biasa langkah terburu-buru menaiki bis transjakarta dari halte busway Grogol menuju halte Pancoran tugu. Sudah hampir 4 minggu ini aku praktek di rumah sakit. Untuk memenuhi Keperluan kuliah agar tercapai tujuan menjadi Sarjana Fisioterapi.
Sudah menjadi kebiasaan, aku duduk di kursi belakang. Tanpa basa basi ku buka novel yang ku bawa “Rumah Tanpa Jendela – Asma Nadia”, Earphone asyik bertengger di kedua telinga, suara hadad alwi sedang merdu mengalun, di susul suara khasnya maher zain dengan lagunya always be there yang hampir membuatku lupa kalau di hadapanku sedang duduk seorang wanita berjilbab panjang. Bisa ku tebak dia akhwat yang sholehah. Bagaimana tidak, tangannya saja dengan erat memegangi mushaf Al-Qur’an berwarna pink. Matanya dengan tajam memandang kearah mushaf. Mulutnya komat kamit melantunkan isi mushaf yang di genggamnya. Anda tahu, kawan? Detik itu juga ku tundukan kepalaku. Dalam! Semakin dalam!sangat dalam!
Malu! Aku malu! Wanita itu sangat khusu’ membaca Al-Qur’an, sedangkan aku? aku malah asyik membaca novel & mendengarkan mp3 Nasyid. Padahal mushaf Al-Qur’an dengan rapi ku simpan di dalam tas.Tapi tidak ku sentuh!
Ya Allah.. Mata ini hampir basah. Hampir saja!
Diri ini sudah merasa paling sholeh, paling baik, paling sempurna. Padahal, kelalaian masih memburu setiap waktu yang membuat diri lupa kepada Sang Pencipta.
Menuai sepenggalah kata dengan memecah asa kemustakhilan
Selaksa angan buta.
Larut di arus deras mimpi!
Jauh menjauh!
Semakin jauh diri memandang hati!
Menilai diri semakin asing…
Astaghfirullah… Ampuni hamba yang selalu lalai! Ampuni hamba! Ampuni!
Jakarta
20 oktober 2011
Pagi tadi, seperti biasa langkah terburu-buru menaiki bis transjakarta dari halte busway Grogol menuju halte Pancoran tugu. Sudah hampir 4 minggu ini aku praktek di rumah sakit. Untuk memenuhi Keperluan kuliah agar tercapai tujuan menjadi Sarjana Fisioterapi.
Sudah menjadi kebiasaan, aku duduk di kursi belakang. Tanpa basa basi ku buka novel yang ku bawa “Rumah Tanpa Jendela – Asma Nadia”, Earphone asyik bertengger di kedua telinga, suara hadad alwi sedang merdu mengalun, di susul suara khasnya maher zain dengan lagunya always be there yang hampir membuatku lupa kalau di hadapanku sedang duduk seorang wanita berjilbab panjang. Bisa ku tebak dia akhwat yang sholehah. Bagaimana tidak, tangannya saja dengan erat memegangi mushaf Al-Qur’an berwarna pink. Matanya dengan tajam memandang kearah mushaf. Mulutnya komat kamit melantunkan isi mushaf yang di genggamnya. Anda tahu, kawan? Detik itu juga ku tundukan kepalaku. Dalam! Semakin dalam!sangat dalam!
Malu! Aku malu! Wanita itu sangat khusu’ membaca Al-Qur’an, sedangkan aku? aku malah asyik membaca novel & mendengarkan mp3 Nasyid. Padahal mushaf Al-Qur’an dengan rapi ku simpan di dalam tas.Tapi tidak ku sentuh!
Ya Allah.. Mata ini hampir basah. Hampir saja!
Diri ini sudah merasa paling sholeh, paling baik, paling sempurna. Padahal, kelalaian masih memburu setiap waktu yang membuat diri lupa kepada Sang Pencipta.
Menuai sepenggalah kata dengan memecah asa kemustakhilan
Selaksa angan buta.
Larut di arus deras mimpi!
Jauh menjauh!
Semakin jauh diri memandang hati!
Menilai diri semakin asing…
Astaghfirullah… Ampuni hamba yang selalu lalai! Ampuni hamba! Ampuni!
Jakarta
20 oktober 2011
Langganan:
Postingan (Atom)